Rabu, 16 Januari 2013

ADILKAH PIMPINAN MEMBERIKAN NILAI KINERJA?

sumber indosdm.com
Kinerja seseorang dalam suatu organisasi akan tampak dari kondisi kerja di lingkungannya, akan tetapi dalam penilaian kinerja seorang pimpinan terkadang TIDAK  mencerminkan akan kondisi tersebut, hal ini cenderung disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama karena faktor kemampuan pimpinan penilai
Dalam menilai seorang pegawai tentunya didasarkan pada indikator penilaian kinerja yang semestinya. Indikator-indikator tersebut sudah tercantum dalam format penilaian sehingga akan memudahkan pimpinan dalam memberikan nilai kerja pegawai. Kesulitan yang dihadapi oleh seorang pimpinan dalam menilai yang mengakibatkan mencerminkan adalah kemampuan yang lemah dari pimpinan penilai. Kelemahan ini dapat di navigasikan oleh orang lain
. sehingga dalam memberikan nilai pun dapat dituntun oleh orang lain tersebut yang semata-mata memiliki kepentingan pribadi. 
Dengan demikian hikmah yang perlu diambil dari kondisi ini, seorang pimpinan yang akan menilai para pegawainya harus betul-betul mengerti, faham dan tidak memiliki kepentingan pribadi atas kondisi pada lingkungan kerja. Jika hal ini terus dibiarkan seperti di atas, maka kemajuan dari suatu organisasi akan cenderung lama, dan kinerja pegawai pun cenderung apa adanya tidak mau dan mampu untuk meningkatkan. 

Kedua karena melihat hubungan keluarga siapa yang dinilainya 
sumber tubasmedia.com
Seorang pegawai dinilai oleh pimpinan tertinggi dalam lingkungan kerja, dan pimpinan penilai dinilai oleh atasannya yang lebih tinggi. Namun terkadang karena dalam organisasi selalu ada yang memiliki kepentingan pribadi, "ingin ini ingin itu" dan apapun yang dilakukan untuk mencapai keinginannya dapat berbagai macam cara, yang salah satunya menyenangkan atasan pimpinan yang lebih tinggi. Sebagai gambaran bahwa dalam suatu organisasi swasta terkadang dalam para pegawai bisa terdiri dari keluarga dan orang lain. Ketika yang dinilai oleh pimpinan adalah pegawai yang berasal dari keluarga yang empunya organisasi, maka karena rasa ketakutan akan ini dan itu,dalam penialian pun terkadang melihat "siapa sih dia? anak siapa sih dia?" Ketika tau bahwa dia adalah anak pimpinan walau kondisi kejujuran perlu dipertanggungjawabkan, komitmen dalam kerjanya rendah, kedisiplinan kehadiran tidak disiplin, maka dalam memberikan nilai pun terkadang perlu dipertanyakan pula. Terkadang memberikan nilai lebih baik ketimbang pada pegawai-pegawai yang benar-benar kinerja baik. 
Kalau hal ini terus berlanjut, kapan kejujuran dan kewibawaan seorang pimpinan akan ditegakkan. kita tahu bahwa seorang pimpinan itu harus tekun, jujur, taat dan disiplin pada ketentuan yang berlaku. 

Ketiga karena subjektivitas 
filsafat.kompasiana.com
Lain halnya lagi pada kondisi ini, seorang pimpinan ketika ada maunya pada pegawai yang dinilainya, maka apa pun yang diminta oleh karyawan/karyawati tersebut akan dituruti. mungkin salah satunya dari penilaian kinerja. walaupun kondisi kerjanya tidak sesuai dengan harapan organisasi. 
Kondisi seperti inilah yang lebih berbahaya, karena subjektivitasnya terhadap pegawai. Pegawai yang dinilai bisa saja ditumpangi oleh kepentingan orang lain yang memiliki kepentingan pribadi terhadap organisai. Baik kalau kepentingan itu bertujuan untuk meningkatkan dan memajukan organisasi, akan tetapi ketika berniat jelek untuk menghancurkan organisasi, maka hancurlan organisasi ini. 

Keempat karena rasa acuh tak acuh 
opidey.wordpress.com
Sipat pimpinan dalam memberikan nilai terkadang ada yang objektif, dan jujur. tetapi ketika sudah tau kondisi organisasi terkadang seorang pimpinan dalam memberikan nilai seperti acuh tak acuh pada pegawai. artinya dia memberikan nilai pada pegawai silahkan saja isi sendiri semampu dan semau orang yang ditugasi mengisi form penilaian. hal ini dilakukan karena beranggapan bahwa tidak ada untungnya bagi organisasi dan pribadi atau pada pegawai dengan memberikan nilai, tatkala kondisi lingkungannya pun tidak mendukung. baik dari segi aturan maupun personalnya. 
Kalau kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka pimpinan siapa pun pengganti pimpinan lama, cenderung akan memiliki sifat yang sama. 

Dengan sistem penilaian kinerja pegawai seperti di atas, akan berdampak pada kondisi kinerja di lingkungan tersebut. Hal ini tidak memberikan motivasi untuk kreasi, dan inovasi ke arah perubahan, jika pun ada perubahan tentunya sangat-sangat lambat. Untuk itu, perlu adanya pembenahan-pembenahan dalam lingkungan kerja dan harus dimulai dari tingkatan yang lebih tinggi. Jika dilakukan dimulai dari tingkat rendah akan mendapat kesulitan sebab peraturan yang berlaku masih digunakan oleh tingkat yang lebih tinggi. 
IS 2013

Tidak ada komentar:

Pages