sumber: jendelabiologi.web.id |
Tindakan seperti ini cenderung dilakukan orang-orang yang agak jauh dari siraman rohani, yang setiap harinya terus bergelut dengan duniawi. Kalau kita sadari ternyata hidup kita ini hanyalah persiapan untuk menyongsong masa depan. Masa depan yang dimaksud adalah jika di dunia kita persiapan hidup di masa tua, tetapi bagi di akhirat adalah persiapan untuk bekal kita untuk membeli tiket hidup bahagia selamanya.
Memang perjuangan hidup sangat berat, apalagi dengan zaman sekarang ini yang penuh dengan berbagai macam tantangan yang menggiurkan dan memang itulah dunia. Namun perlu diingat bahwa yang namanya dunia itu merupakan tempat hidup yang penuh permainan belaka, sedangkan hidup yang sebenarnya adalah nanti setelah mati. Jadi ungkapan "bagaimana nanti saja..." janganlah menjadi pedoman dalam kehidupan sekarang, tetapi kita harus berpedoman pada prinsip "nanti bagaimana... ".
Orang yang berpedoman pada prinsip "bagaimana nanti saja..." cenderung hidupnya kurang terkontrol, arah jalan hidupnya tidak terarah bagaikan kendaraan tanpa stier. Jalan yang bagaimana pun akan diterjang walau banyak onak duri yang yang semestinya dapat dihindari. Sehingga ketika sampai pada tujuan akhir (mati) banyak duri dan derita yang dinikmatinya.
Beda halnya dengan orang yang memiliki prinsip nanti bagaimana.... Jalan hidupnya seakan terarah bagai kapal layar yang terpandu oleh kompas arah jalan hidup. Walau ada badai menghempas, namun dengan kendali sang nakhoda tetap akan sampai pada tujuan akhir. Gambaran ini merupakan cermin hidup kita bahwa dalam menjalankan aktivitas di dunia perlu adanya penuntun arah jalan hidup. Upaya menyediakan penuntun hidup salah satunya adalah dengan cara sering-sering menapakuri diri terhadap apa yang telah Tuhan berikan pada kita. Selain itu seringlah bertanya-tanya kepada orang yang anggap kita lebih tahu tentang bagaimana cara mencari kompas kehidupan.
Namun perlu diingat bahwa ada salah satu pepatah guru besar Prof. Dr. H, Rusidi, Ir.M.S yang merupakan guru pribadi saya bahwa jika Engkau mau mencari air janganlah engkau membawa air, artinya jika kita mau mencari ilmu dari orang lain janganlah membawa ilmu. Ini mengandung makna bahwa ketika kita belajar kepada seorang guru otak kita harus dipersiapkan ruang kosong untuk diisi oleh ilmu-ilmu yang akan disampaikan oleh guru kita. Ilmu-ilmu yang diperoleh dapat kita jadikan sebagai kompas hidup kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan kompas hidup itu, kita bisa berjalan sesuai dengan arah yang sudah ditentukan agar sampai pada tempat yang kita hendaki dengan selamat.
IS 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar